Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang diarahkan untuk mengoptimalisasi kemampuan dan potensi yang dimiliki manusia menjadi kekuatan riil dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas kehidupan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Redja Mudyaharjo (1985 : 64), yaitu :
Pada dasarnya proses pendidikan adalah proses transformasi atau perubahan kualitas tingkah laku individu yang menjadi siswa. Perubahan tingkah laku yang diharapkan bukanlah sekedar perubahan dalam penambahan jenis tingkah lakunya, tetapi perubahan struktural yang berkenaan dengan perubahan dalam pola tingkah laku atau pola kepribadian yang makin sempurna. Dengan demikian, pendidikan adalah upaya manusia mentransformasikan atau mengubah kemampuan potensial seseorang menjadi kemampuan nyata yang diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup lahir batin.
Pendidikan bagi manusia merupakan proses kegiatan yang sengaja, terencana dan terorganisir dalam mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang dimiliki setiap manusia sehingga memperoleh pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan tertentu yang dapat mendukung kiprah dan kehidupannya, kini maupun masa depan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang kian rumit dan beragam, telah menuntut proses pendidikan yang lebih sederhana, sistematik, dan kreatif. Hal ini dilandasi semangat bahwa pengajaran yang baik akan menumbuhkan pemahaman yang maksimal. Sebanyak apapun informasi yang diajarkan akan sia-sia belaka jika pendengarnya tidak memahami makna informasi itu. Tentunya, lebih menyedihkan lagi jika kegagalan itu justru bukan bersumber pada mutu informasi, tetapi karena media pendidikan yang asal-asalan, kaku, dan membosankan. Diperlukan media pendidikan yang mampu memberi kapasitas perubahan dan adaptasi tehadap tuntutan siswa. Media pendidikan yang memberi kreativitas dan keberanian menyatukan alokasi dari semua potensi dan sumber daya intelektual yang ada. Media yang mampu mentranformaskan institusi pendidikan dengan menginventarisasi kembali sumber dayanya untuk menghasilkan pelayanan yang lebih baik terhadap siswanya. Menciptakan budaya pendidikan dengan prioritas kualitas dan inovasi terbaik bagi pembelajaran, riset, dan pelayanan.
Untuk efektivitas pencapaian tujuan pendidikan diperlukan alat, yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai syarat untuk mencapai suatu tujuan atau maksud. Alat-alat dimaksudkan itu disebut media pendidikan atau yang umum disebut dengan alat bantu pengajaran. Bentuk-bentuk media pendidikan itu berlangsung pada media laboratorium sekolah dalam bentuk media pendidikan interaksi edukatif antara murid dan guru.
Sekurang-kurangnya dibutuhkan tiga unsur untuk mewujudkan media laboratorium, yaitu: sumber (a source), pesan (the message), dan tujuan (the destination). Wilbur Schramm menggunakan empat macam istilah:
1. Message, ialah hal-hal yang merupakan kabar atau berita, penerangan-penerangan, pertanyaan-pertanyaan dan sebagainya.
2. Decoder, ialah orang atau pihak yang menerima message.
3. Interpreteur, ialah decoder yang kemudian mengadakan pertimbangan-pertimbangan atau penafsiran-penafsiran dan sebagainya atas message yang diterimanya.
4. Encoder, ialah decoder yang bertindak menyampaikan hasil dari interpretasinya atau penafsirannya tadi.
Hasil dari interpretasi media laboratorium sebagai message yang selanjutnya message tersebut diteruskan kepada decoder. Decoder kemudian mengadakan interpretasi lagi (interpreter) dan selanjutnya interpreter ini mengcode kembali message tadi (encoder). Demikian seterusnya berlangsung. Peningkatan dan pengembangannya bergantung pada faktor penunjang, yaitu sarana dan prasarana.
Menurut Mohamad Surya, saat ini pendidikan berada dalam situasi kritis. Ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis sekarang ini bersumber dari bidang pendidikan, dan lebih jauh ditudingkan sebagai kesalahan guru. (2005:1). Guru merupakan subjek utama dan pertama dalam proses pendidikan di lapis terdepan. Membenahi pendidikan nasional harus dimulai dari unsur guru. (Moh. Surya, 2005:2).
Guru merupakan komponen pendidikan terpenting, terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Dalam kaitan ini, yang dapat memperbaiki situasi pendidikan pada akhirnya berpulang kepada guru yang sehari-hari bekerja di lapangan. (Abuddin, 2001:132).