VIVAnews – National Intelligence Service. Nama badan intelegen Korea Selatan itu ramai diberitakan pekan ini. Semuanya berita buruk belaka. Tiga agen lembaga itu dituding mencuri datan militer milik delegasi Indonesia. Senin, 21 Februari 2011,hampir semua media massa di Korea Selatan menaruh berita itu di halaman muka.
Media massa di sana menulis kisah pencurian ini. Tiga agen itu tertangkap basah. Barang bukti disita polisi. Mengutip sumber yang identitasnya dirahasiakan, Harian Chosun Ilbo mengabarkan tiga orang tak dikenal – dua pria dan satu perempuan – menyusup ke kamar 1961 di Lotte Hotel, tempat menginap delegasi RI. Mereka adalah agen Natinal Intelligence Service yang lebih sohor dengan singkatanya,NIS.
"Para agen NIS, demi kepentingan nasional, mencoba mencari tahu strategi delegasi Indonesia," demikian harian Chosun mengutip pernyataan seorang pejabat senior di negeri ginseng itu. "Ketahuan adalah kesalahan yang tidak disengaja."
Kedatangan delegasi Indonesia ke sana, begitu Chosun menulis, diduga ada hubungannya dengan rencana pembelian pesawat tempur buatan Korea, T-50 Golden Eagle.
Sebuah koran lain, Munhwa Ilbo melaporkan bahwa sehari setelah kejadian itu, staf NIS mengunjungi stasiun polisi Namdaemun, yang bertanggung jawab dan menyelidiki kasus ini. Staf dari NIS itu mengambi semua barang bukti, termasuk rekaman CCTV hotel.
"Mereka datang ke stasiun polisi dan mengambil semuanya ....kualitas rekaman CCTV sangat baik, sehingga tak sulit untuk mengindentifikasi para penyusup, " demikian keterangan salah seorang petugas polisi, seperti dimuat Munhwa. Tuduhan yang dianggap memalukan intelegen Korea Selatan itu dibantah keras. "Kami tidak melakukannya. Laporan itu tidak benar," kata salah seorang agen NIS, seperti dimuat Yonhapnews, Senin 21 Februari 2011.
Kasus ini bermula dari Rabu 16 Februari 2011. Saat itu, situs berita Joongang Daily menulis bahwa berdasarkan keterangan polisi, sekitar pukul 09.27 waktu setempat, trio pelaku kepergok kamar hotel delegasi Indonesia. Lantaran ketahuan, tiga pelaku itu lalu melarikan diri lewat pintu. Membawa lari satu dari dua laptop yang ada di dalam kamar.
Namun, sebelum kabur mereka meninggalkan laptop itu di lorong. Polisi menduga tiga penyusup itu adalah orang Asia. Sebab, keterangan staf Indonesia tidak menyebut ras mereka, hitam atau Kaukasia.
Laptop yang sempat dibawa lari tersangka diserahkan ke polisi sebagai barang bukti sekitar pukul 11.15 waktu setempat. Namun, pihak Indonesia meminta kembali komputer jinjing itu. Alasannya, "mereka tidak mau ada orang yang melihat informasi yang ada di dalam laptop," demikian dimuat situs Joongang Daily, Senin 21 Februari 2011.
Permintaan pada polisi untuk mengembalikan laptop disampaikan pihak Indonesia pada pukul 15.30. Polisi mengatakan, pihak Indonesia khawatir para penyusup mengambil informasi dari laptop itu. Sebab, saat kejadian mereka diketahui membawa USB.
"Kami sedang melakukan investigasi dan terbuka untuk segala kemungkinan, termasuk dugaan bahwa ini hanya aksi pencurian kecil-kecilan," kata staf Blue House, kediaman Presiden Korea. Ia menambahkan, Presiden Lee Myung-bak mengikuti investigasi kasus ini secara cermat.
Cuma salah kamar
Dugaan bahwa data rahasia militer Indonesia dicuri, dibantah habis-habisan di dalam negeri. Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, meski Menteri Pertahanan, ikut dalam rombongan pertemuan di Korea Selatan itu, "Tidak ada data rahasia militer Indonesia yang dibawa ke Korea.”
Tiga menteri yang ikut dalam delegasi ke Korea itu pun langsung menggelar jumpa pers. Mereka adalah Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, dan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro.
Hatta mengklaim bahwa jangankan terkait pencurian data-data rahasia militer, insiden itu bahkan tak ada kaitannya dengan pencurian biasa sekalipun. "Tidak betul ada pencurian, itu bukan data rahasia," kata Hatta di Istana Bogor, 21 Februari 2011. “Tidak ada laporan kehilangan, sampai muncul berita bahwa ada laptop dicuri yang berisi rahasia negara,” kata Hatta.
Dijelaskan Hatta, berdasarkan komunikasi dengan Duta Besar Korea Selatan, diperoleh penjelasan soal kejadian itu. Insiden itu terjadi saat staf Kementerian Perindustrian bernama Rojih Almansyur memergoki orang masuk ke kamarnya. “Merasa laptopnya diambil, kemudian dilaporkan ke petugas hotel,” kata Hatta. Setelah melihat CCTV hotel, orang yang kepergok ternyata diminta mengambil laptop di Kamar 2091. Rupanya mereka tersasar dan masuk ke kamar 1961.
Hatta menjelaskan, pada 15-17 Februari 2011, delegasi Indonesia dan sejumlah pengusaha melakukan kunjungan kehormatan ke Korsel. Salah satu misinya adalah menyampaikan surat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Delegasi juga menyampaikan rencana percepatan pembangunan di Indonesia, yang direspon positif Korsel.
Dalam kunjungan itu juga digelar rapat bilateral menteri-menteri dari Indonesia dan Korea. Topiknya adalah kerjasama bidang perekonomian.
Lalu, mengapa Menhan ada di rombongan delegasi ekonomi? Dijelaskan, Purnomo Yusgiantoro, ia datang sebagai utusan khusus. “Selain courtesy call (menghadiri undangan), juga melakukan pembahasan bilateral untuk pertahanan jangka panjang dan pendek,” kata dia.
Kendati begitu, Purnomo menegaskan, tidak ada dokumen yang bocor, apalagi yang terkait rahasia militer. “Kejadian tidak di kamar kami, level kami, floor kami (Kemenhan),” tambah dia.
Sementara Menteri MS Hidayat mengatakan, tak ada dokumen penting dalam laptop milik Rojih. “Isi laptop itu adalah bahan-bahan presentasi. Sebelumnya juga sudah di-print out, dan kami bagi-bagikan ke menteri Korea dan pengusaha. Tidak ada sesuatu yang rahasia” kata dia. Isinya, semacam roadmap pembangunan ekonomi nasional dengan rincian sektor-sektor industri.”
Media jangan gegabah
Pemberitaan soal insiden kamar delegasi RI disantroni penyusup berawal dari Korea. Informasi itu dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, harian lokal, Chosun Ilbo, dengan mengutip keterangan seorang sumber pejabat tanpa nama.
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berharap agar media massa Indonesia tidak gegabah dalam memberitakan isu tersebut. Sebab, isu itu belum dapat dikonfirmasi kebenarannya. Demikian pernyataan Kedutaan Besar (Kedubes) Korsel di Jakarta.
"Kami berharap media massa yang ada di Republik Indonesia untuk tidak menyebarkan berita tersebut terlebih dahulu sebelum kebenaran dari insiden tersebut diumumkan," demikian pernyataan Kedubes yang dikirim ke VIVAnews, Senin 21 Februari 2011.
Menurut Kedubes Korsel, berita tersebut belum dapat dikonfirmasikan kebenarannya dan pemerintah di Seoul belum pernah mengkonfirmasikan secara resmi atas terjadinya insiden tersebut."Pemerintah Korea sedang melaksanakan investigasi bersama dengan instansi terkait kemudian hasil investigasi tersebut akan segera diumumkan secara resmi," demikian pernyataan Kedubes Korsel.
• VIVAnews
Media massa di sana menulis kisah pencurian ini. Tiga agen itu tertangkap basah. Barang bukti disita polisi. Mengutip sumber yang identitasnya dirahasiakan, Harian Chosun Ilbo mengabarkan tiga orang tak dikenal – dua pria dan satu perempuan – menyusup ke kamar 1961 di Lotte Hotel, tempat menginap delegasi RI. Mereka adalah agen Natinal Intelligence Service yang lebih sohor dengan singkatanya,NIS.
"Para agen NIS, demi kepentingan nasional, mencoba mencari tahu strategi delegasi Indonesia," demikian harian Chosun mengutip pernyataan seorang pejabat senior di negeri ginseng itu. "Ketahuan adalah kesalahan yang tidak disengaja."
Kedatangan delegasi Indonesia ke sana, begitu Chosun menulis, diduga ada hubungannya dengan rencana pembelian pesawat tempur buatan Korea, T-50 Golden Eagle.
Sebuah koran lain, Munhwa Ilbo melaporkan bahwa sehari setelah kejadian itu, staf NIS mengunjungi stasiun polisi Namdaemun, yang bertanggung jawab dan menyelidiki kasus ini. Staf dari NIS itu mengambi semua barang bukti, termasuk rekaman CCTV hotel.
"Mereka datang ke stasiun polisi dan mengambil semuanya ....kualitas rekaman CCTV sangat baik, sehingga tak sulit untuk mengindentifikasi para penyusup, " demikian keterangan salah seorang petugas polisi, seperti dimuat Munhwa. Tuduhan yang dianggap memalukan intelegen Korea Selatan itu dibantah keras. "Kami tidak melakukannya. Laporan itu tidak benar," kata salah seorang agen NIS, seperti dimuat Yonhapnews, Senin 21 Februari 2011.
Kasus ini bermula dari Rabu 16 Februari 2011. Saat itu, situs berita Joongang Daily menulis bahwa berdasarkan keterangan polisi, sekitar pukul 09.27 waktu setempat, trio pelaku kepergok kamar hotel delegasi Indonesia. Lantaran ketahuan, tiga pelaku itu lalu melarikan diri lewat pintu. Membawa lari satu dari dua laptop yang ada di dalam kamar.
Namun, sebelum kabur mereka meninggalkan laptop itu di lorong. Polisi menduga tiga penyusup itu adalah orang Asia. Sebab, keterangan staf Indonesia tidak menyebut ras mereka, hitam atau Kaukasia.
Laptop yang sempat dibawa lari tersangka diserahkan ke polisi sebagai barang bukti sekitar pukul 11.15 waktu setempat. Namun, pihak Indonesia meminta kembali komputer jinjing itu. Alasannya, "mereka tidak mau ada orang yang melihat informasi yang ada di dalam laptop," demikian dimuat situs Joongang Daily, Senin 21 Februari 2011.
Permintaan pada polisi untuk mengembalikan laptop disampaikan pihak Indonesia pada pukul 15.30. Polisi mengatakan, pihak Indonesia khawatir para penyusup mengambil informasi dari laptop itu. Sebab, saat kejadian mereka diketahui membawa USB.
"Kami sedang melakukan investigasi dan terbuka untuk segala kemungkinan, termasuk dugaan bahwa ini hanya aksi pencurian kecil-kecilan," kata staf Blue House, kediaman Presiden Korea. Ia menambahkan, Presiden Lee Myung-bak mengikuti investigasi kasus ini secara cermat.
Cuma salah kamar
Dugaan bahwa data rahasia militer Indonesia dicuri, dibantah habis-habisan di dalam negeri. Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, meski Menteri Pertahanan, ikut dalam rombongan pertemuan di Korea Selatan itu, "Tidak ada data rahasia militer Indonesia yang dibawa ke Korea.”
Tiga menteri yang ikut dalam delegasi ke Korea itu pun langsung menggelar jumpa pers. Mereka adalah Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, dan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro.
Hatta mengklaim bahwa jangankan terkait pencurian data-data rahasia militer, insiden itu bahkan tak ada kaitannya dengan pencurian biasa sekalipun. "Tidak betul ada pencurian, itu bukan data rahasia," kata Hatta di Istana Bogor, 21 Februari 2011. “Tidak ada laporan kehilangan, sampai muncul berita bahwa ada laptop dicuri yang berisi rahasia negara,” kata Hatta.
Dijelaskan Hatta, berdasarkan komunikasi dengan Duta Besar Korea Selatan, diperoleh penjelasan soal kejadian itu. Insiden itu terjadi saat staf Kementerian Perindustrian bernama Rojih Almansyur memergoki orang masuk ke kamarnya. “Merasa laptopnya diambil, kemudian dilaporkan ke petugas hotel,” kata Hatta. Setelah melihat CCTV hotel, orang yang kepergok ternyata diminta mengambil laptop di Kamar 2091. Rupanya mereka tersasar dan masuk ke kamar 1961.
Hatta menjelaskan, pada 15-17 Februari 2011, delegasi Indonesia dan sejumlah pengusaha melakukan kunjungan kehormatan ke Korsel. Salah satu misinya adalah menyampaikan surat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Delegasi juga menyampaikan rencana percepatan pembangunan di Indonesia, yang direspon positif Korsel.
Dalam kunjungan itu juga digelar rapat bilateral menteri-menteri dari Indonesia dan Korea. Topiknya adalah kerjasama bidang perekonomian.
Lalu, mengapa Menhan ada di rombongan delegasi ekonomi? Dijelaskan, Purnomo Yusgiantoro, ia datang sebagai utusan khusus. “Selain courtesy call (menghadiri undangan), juga melakukan pembahasan bilateral untuk pertahanan jangka panjang dan pendek,” kata dia.
Kendati begitu, Purnomo menegaskan, tidak ada dokumen yang bocor, apalagi yang terkait rahasia militer. “Kejadian tidak di kamar kami, level kami, floor kami (Kemenhan),” tambah dia.
Sementara Menteri MS Hidayat mengatakan, tak ada dokumen penting dalam laptop milik Rojih. “Isi laptop itu adalah bahan-bahan presentasi. Sebelumnya juga sudah di-print out, dan kami bagi-bagikan ke menteri Korea dan pengusaha. Tidak ada sesuatu yang rahasia” kata dia. Isinya, semacam roadmap pembangunan ekonomi nasional dengan rincian sektor-sektor industri.”
Media jangan gegabah
Pemberitaan soal insiden kamar delegasi RI disantroni penyusup berawal dari Korea. Informasi itu dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, harian lokal, Chosun Ilbo, dengan mengutip keterangan seorang sumber pejabat tanpa nama.
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berharap agar media massa Indonesia tidak gegabah dalam memberitakan isu tersebut. Sebab, isu itu belum dapat dikonfirmasi kebenarannya. Demikian pernyataan Kedutaan Besar (Kedubes) Korsel di Jakarta.
"Kami berharap media massa yang ada di Republik Indonesia untuk tidak menyebarkan berita tersebut terlebih dahulu sebelum kebenaran dari insiden tersebut diumumkan," demikian pernyataan Kedubes yang dikirim ke VIVAnews, Senin 21 Februari 2011.
Menurut Kedubes Korsel, berita tersebut belum dapat dikonfirmasikan kebenarannya dan pemerintah di Seoul belum pernah mengkonfirmasikan secara resmi atas terjadinya insiden tersebut."Pemerintah Korea sedang melaksanakan investigasi bersama dengan instansi terkait kemudian hasil investigasi tersebut akan segera diumumkan secara resmi," demikian pernyataan Kedubes Korsel.
• VIVAnews